Begini Tanggapan Judge IAM Soal Regulasi Modifikasi dan Car Enthusiast di Singapura

iamautomodified.com, SINGAPURA – Gelaran kontes modifikasi International Automodified (IAM) yang diselenggarakan di Singapore Expo sejak tanggal 8 – 9 Oktober 2022 lalu, telah berhasil menobatkan tim modifikator Miracle Workz lewat persembahan modifikasi Nissan GT-R R35 berkonsep street racing sebagai The King.
Besutan GT-R R35 berkonsep street racing ini, diklaim dewan judge IAM menjadi yang terbaik diantara 200 kontestan mobil yang diterjunkan di ajang tersebut. Lantas, apa yang membuat sedan keluaran Nissan ini berhasil meraih The King?
Mon Kentjana, dewan Judge IAM menyatakan bahwa modifikasi mobil yang ditampilkan oleh tim Miracle Workz sangat menyeluruh, lalu konsep modifikasinya fokus dan jelas arahnya kemana, mendukung di semua sektor.

“Memang jika dilihat sepintas minim modif, tapi jika ditela’ah lebih detil ternyata banyak sekali part yang disematkan disana. Karena modifikasinya spesifik dan mengarah pada satu konsep, street racing jadi terlihat biasa saja,” papar Mon Kentjana, di sela-sela acara, Minggu 9 Oktober 2022.
Dia juga mengatakan, terdapat perbedaan dari sisi budaya modifikasi, workshop serta skill modifikasi antara Singapura dan Indonesia. Kalau di Indonesia, kata dia, budaya custom serta budaya cari jalan untuk bisa membuat sesuatu tanpa harus pakai pakem yang umum itukan sudah sering terjadi di Indonesia dan sudah berlangsung lama.

“Jadi, memang proses penyempurnaannya juga sudah panjang banget. Sedangkan yang kita tahu budaya di Singapura ini mereka cenderung lebih result dan bengkelnya juga gak sebanyak di Indonesia. Untuk tenaga ahli, Singapura ini kebanyakan harus impor jikalau untuk mengerjakan sesuatu yang spesifik yang tidak dimiliki oleh negara tersebut. Terkadang mereka juga harus datang ke Johor Bahru-Malaysia untuk mencari bengkel. Jadi memang perbedaannya disitu,” papar Mon.
Hal senada juga dikatakan Mohammad Ican Thalib, yang juga selaku dewan judge untuk IAM Singapore 2022. Jika dibandingkan dengan 3 tahun lalu yakni di tahun 2019, IAM Singapore 2022 pesertanya jauh lebih variatif, kemudian modifikasinya semakin berani selain itu juga antusias pengunjung Singapura lebih euforia untuk modifikasi.

Sebenarnya, peserta di Singapura ada keterbatasan regulasi. Jadi mereka tidak seberkembang Indonesia, mereka cenderung mengikuti rules yang ada. Kalau di Indonesia kan ada mobil yang untuk dikonteskan ada juga untuk harian. Tapi kalau di Singapura ya mobil yang dimodif adalah mobil yang dipakai mereka sehari-hari.
“Jadi secara rules petaturan itu yang membatasi kreativitas mereka. Wajar saja di Singapura lebih euforia dibandingkan Indonesia, karena mobil-mobil modifikasi ini jarang sekali terlihat di jalan, karena terbatas regulasi di Singapura yang cukup ketat. Nah antusias orang yang datang ke acara ini serta car enthusias disini juga lebih gila kalau menurut gue sih,” ungkap pria yang akrab disapa Ican ini.

Secara modifikasi, lanjutnya, Ican menilai masih jauh antara skill serta kreativitasnya orang Indonesia. “Tanpa mengurangi rasa hormat, kita jauh lebih unggul. Tapi yang patut ditiru adalah rasa saling menghargai kreasi orang lain. Kalau di Indonesia, kekurangannya masih belum bisa mengakui kalau lawannya sudah unggul tapi sebaliknya disini apresiasi. Mereka gak segan untuk ngungkapinnya meski berbeda klub saling menghargai satu sama lainnya,” tuntasnya.